+62 812 1066 9090

pemdes@pahonjean.desa.id

Sejarah Desa

Tidak ada sumber primer, baik prasasti ataupun naskah tertulis yang menjelaskan sejarah awal keberadaan Desa Pahonjean. Sejarah Desa Pahonjean hanya dipahami dari cerita lisan yang disampaikan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Sejarah Desa

Di balik gemerlapnya kota Majenang dan kehidupan sehari-hari yang sibuk di Kabupaten Cilacap, tersembunyi sebuah desa yang memiliki cerita unik tentang asal-usulnya. Desa itu bernama Pahonjean, terletak di kecamatan Majenang, sebuah tempat di mana legenda bertemu dengan kenyataan.

Awal mula Desa Pahonjean dimulai di tengah-tengah hamparan tanah rawa dan tanah darat yang subur di wilayah tersebut. Tanah-tanah ini ditumbuhi oleh tanaman yang disebut “honje” oleh masyarakat setempat. Honje adalah tanaman semacam lengkuas yang tumbuh subur di tanah darat, memberikan penanda keberadaan lahan yang subur di antara pegunungan yang mengelilinginya.

Berkisar tahun 1840 M,masyarakat yang tinggal di pegunungan sekitar desa Pahonjean (Desa Bener, Desa Sepatnunggal) gemar sekali mencari ikan di tanah rawa Desa Pahonjean. Mereka menyebut wilayah rawa itu dengan sebutan “honje” dan menyebar dari mulut ke mulut tentang nama “honje”.

Sementara itu, tahun 1849 Kepala Desa pertama bermusyawarah dengan para tokoh masyarakat, sesepuh Desa dan orang-orang berpengaruh di tingkat Desa kemudian nama pohon honje tersebut diabadikan menjadi nama Desa dengan disempurnakan untuk lebih luwes dari kata honje diberi awalan – Pa dan diberi akhiran – an sehingga menjadi “ PAHONJEAN ”.

Perlahan namun pasti, Desa Pahonjean tumbuh dan berkembang. Mereka belajar beradaptasi dengan lingkungan sekitar, mengambil manfaat dari sumber daya alam yang melimpah di sekitar mereka. Pertanian menjadi mata pencaharian utama, sementara penangkapan ikan di rawa tetap menjadi aktivitas penting dalam kehidupan sehari-hari.

Seiring waktu berjalan, Desa Pahonjean menjadi pusat kehidupan bagi masyarakat sekitar. Mereka membangun infrastruktur yang lebih baik, seperti jembatan untuk menyeberangi rawa dan jalanan yang menghubungkan desa dengan kota-kota terdekat. Namun, meskipun telah berkembang, desa itu tidak pernah melupakan akar-akarnya yang berasal dari kata “honje”.

Kata “honje” tidak hanya menjadi nama tanaman, tetapi juga menjadi simbol keberanian dan ketahanan masyarakat Desa Pahonjean. Mereka tetap menjaga tradisi menangkap ikan di rawa, sambil terus memperjuangkan keberlanjutan lingkungan tempat tinggal mereka. Legenda tentang keberanian nenek moyang mereka dan hubungan erat dengan alam terus diceritakan dari generasi ke generasi, mengikat mereka sebagai satu komunitas yang kuat dan bersatu.

 

Silsilah Kepala Desa

REKSA CANDRA

Kepala Desa Periode
1849 – 1862

SADI KRAMA

Kepala Desa Periode
1863 – 1868

ARMU

Kepala Desa Periode
1869 – 1870

MADMUSA

Kepala Desa Periode
1871 – 1893

SURAPAWIRA

Kepala Desa Periode
1894 – 1904

PAKUDIMEJA

Kepala Desa Periode
1905 – 1915

R. SUPANGAT

Kepala Desa Periode
1916 – 1923